Selasa, 23 Juni 2009

garuda di dadaku

•ini bukan review film•

Ini cuma kesan dan pesan gue setelah menonton film ini. Kemarin jam 12siang, gue, adek gue, dan nyokap gue memasuki studio 1 ,21 cineplex. Kami bertiga duduk di pojok atas teater. Pada hari itu bioskop cukup ramai dikarenakan pemutaran film semua umur ini.

Ngga tau kenapa mata gue berkali-kali menjadi sedikit berkaca-kaca pada beberapa adegan. Gue sedih ngeliat perjuangan Bayu (pemeran utama) yang berjuang mengejar cita-citanya sebagai pemain bola dan ingin masuk ke timnas nasional. Gue bergidik waktu si Bayu bilang, "Bayu mau jadi pemain tim nasional Indonesia, yang ada lambang garudanya disini (sambil menunjuk bagian dada kirinya). Hahah, emang dasar gue si miss sensitif, tiba2 rasa nasionalis gue langsung tersentuh. Gue merasa selama ini tidak bisa cukup membanggakan tanah air gue sendiri.

Gue juga sedih ngeliat perjuangan kakeknya si Bayu yang dalam keterbatasannya tetap memperjuangkan masa depan cucunya sampai mengorbankan dirinya sendiri. Apalagi waktu si kakek jatuh sakit, terus dengan miris gue ngga tega ngeliat si Bayu nangis2 dan merasa bersalah atas musibah yang menimpa kakeknya itu. Bayu, yang menurut gue mirip Rano Karno itu, dalam cerita film ini sering berbohong ini itu kepada kakeknya demi bisa bermain bola, padahal sang kakek menganggap menjadi pemain bola di Indonesia itu tidak akan menjadi orang sukses. Katanya, "nyari duit kok nendang2 bola, gimana kalo cedera? Jadi penontonnya aja bisa mati, apalagi jadi pemainnya??". Kira-kira begitu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar